Translate

Selasa, 19 Juni 2018

Air Beriak di Sudut Utara Kota Kolaka


Hari itu tepat hari Ahad tanggal 1 Syawal 1439H. Masih dalam suasana Ied Fitri. Pagi itu sekitaran jam 9.00 pagi hari saya meninggalkan rumah sendirian. Bukan karena pengen sendirian, tapi karena memang belum menemukan partner in crime yang sehati untuk bepergian kemana-mana. Kalau waktu kuliah di Jogja mah, pasti ada saja partner in crime yang siap 24 jam diangkut kemana saja.

Sebelum meninggalkan rumah, ku tak lupa mengeset pengukur jarak motorku ke posisi Nol. Sebenarnya belum pasti mau kemana. Namun ku tetap saja mantap ingin keluar rumah, nanti dalam perjalanan baru difikirkan mau kemana. Dibenakku ada 2 tempat yang ingin ku kunjungi, yaitu Hutan Pinus Sorombipi di Kolaka Timur dan TWA Kea- Kea Mangolo. Namun, tepat di pertigaan Sabilambo, ku memutuskan untuk ke Kea- Kea saja, karena Sorombipi lumayan jauh dan saya adalah tipikal orang yang tidak bisa berkendara lama sendirian. Selain itu, destinasi ini sudah lama ingin sekali saya kunjungi bersama teman-teman, namun tak ada yang keturusan karena itu semua hanya planning.

Jalanan di Kolaka pada saat itu cukup lengang. Sangat sedikit kendaraan yang lalu lalang. Kebanyakan adalah pengendara motor yang berusia remaja serta mobil pick up yang dipenuhi penumpang liar yang tampaknya mereka ingin berekreasi, entah ke Kea-Kea ataupun beberapa destinasi wisata laut yang ada di Kolaka.

Karena saya tidak mengetahui lokasi yang ingin saya tuju, maka satu-satunya cara adalah menguntiti gerombolan motor yang memiliki ciri-ciri akan ke Kea- Kea. Kurang lebih 7km ke arah utara Kolaka, tibalah saya di pertigaan yang mengarah ke Kelurahan Ulunggolaka, Kec. Latambaga. Kupun berbelok kearah kanan. Lima KM jalanannya mulus beraspal. Namun setelah itu, maka kita akan menemukan jalanan yang sementara mengalami pengerasan, berbatu. Namun tenang saja jalanannya masih aman untuk dilalui kendaraan. Jalanan yang mengalami pengerasan ini berjarak 5 KM menuju lokasi Wisata Kea-Kea. Jadi, kalau ingin dihitung, jarak lokasi Wisata Kea-Kea dari Kota Kolaka adalah kurang lebih 17 KM.

Hal yang perlu dicatet, kondisi jalanan yang mengalami pengerasan ini (Non-Aspal) ada yang menanjak dan ada yang menurun. So, pastikan kendaraan anda memiliki kampas rem yang cukup. Bagi yang berkendara roda dua, sebaiknya menyediakan masker (penutup mulut dan hidung loh ya, bukan masker bengkoang untuk wajah) karena disepanjang jalan anda akan bermandikan abu dan debu. Namun sekali lagi, tenang saja, kondisi jalanannya aman serta lumayan cukup untuk dilewati kendaraan roda 4 apabila sedang berpas-pasan. Namun, karena saya bukanlah seorang biker sejati, tangan saya merah dan pegal gara-gara harus menahan goncangan stir serta menekan pedal koplin dan rem untuk mengatur laju kendaraan pada saat turunan dan tanjakan.


Di pos jaga, kurang lebih 1 KM sebelum lokasi permandian, maka anda akan dikenakan tarif Rp. 5000 per kepala orang dewasa. Sedangkan anak-anak tidak dikenakan tarif sama sekali. So, bagi kalian yang bertubuh mungil, bisa coba-coba mengaku anak- anak. Siapa tahu anda tidak dikenakan tarif masuk karena disangka anak-anak. Itu baru masuk lokasi Wisata. Apabila anda membawa kendaraan roda 2, maka akan dikenakan tarif parkir sebesar Rp. 5000,- sedangkan roda 4 sebesar Rp. 10.000,-. Kalau bus tronton saya jamin gratis, kalau tronton anda bisa sampai di lokasi dengan selamat.

Well, sampailah kita di lokasi pariwisatanya. Untuk tataran Kolaka, saya acungi jempol dah untuk tukang parkirnya. Mereka betul-betul mengarahkan kendaraan dengan baik. Tak seperti di tempat parkir lain, biasanya hanya memungut tarif parkir, tapi tidak mengarahkan kendaraanya dengan baik. Pas mau keluar juga, tidak membantu pengendara untuk mengeluarkan kendaraanya.

My first impression dari Lokasinya ‘asri’. Ya, moga-moga saja asri selamanya karena ini merupakan object wisata baru di Kolaka. Dari tempat parkir, kelihatan banyak pepohonan tinggi serta puluhan gazebo yang bisa digunakan untuk beristirahat. Untuk sewa Gazebonya dikenakan tarif Rp. 20.000,- untuk sekali kunjung. Disamping gazebo, disana juga ada sebuah aula yang cukup luas. Lumayan untuk digunakan sebagai lokasi seminar atau pelatihan. Ada juga beberapa rumah, mungkin bisa digunakan sebagai Villa menginap disana. Satu lagi fasilitas nya, yaitu Fying fox. Flying foxnya gak terlalu tinggi dan jauh. Dia hanya meluncur dari atas bukit, dan terjun ke bawah. Mungkin jaraknya 300meteran. Tapi lumayan lah buat kalian yang baru pertama kali mencoba flying fox. Sekali meluncur, anda akan dikenakan tariff Rp.10.000,- baik dewasa maupun anak-anak. Tapi harga Rp.10.000,- saya tidak tahu sudah include asuransi kecelakaan atau tidak. Tapi anda sudah difasilitasi dengan safety aids berupa helm dan harness. Aspirin tidak disediakan ya, jadi tolong bawa aspirin dari rumah bagi yang punya riwayat asma.

Karena saya adalah makhluk yang phobia ketinggian, jadi saya hanya menikmati terikan para pengguna flying fox. Lucu saja lihatnya, katanya takut-takut. Tapi tetap aja nekat. Ada yang sampai-sampai buka sepatu. Ada yang istigfar seperti itu adalah hidup terakhirnya. Mungkin ke depannya pihak pengelola juga bisa membuka jasa pembuatan surat wasiat bermaterai buat para pengguna flying fox.

Disamping fliying fox, disana juga telah difasilitasi dengan beberapa ayunan seperti di taman kanak-kanak. Cocok buat emak-emak yang membawa anak-anak kalau anaknya belum mahir berenang di sungai. Well, now let’s move to the main business. Lokasi permandiannya terletak disebelah kanan parkiran. Sebuah sungai yang airnya jernih dan dingin mengalir dengan tenang. Arusnya tak terlalu deras sehingga tidak akan menghanyutkan anak-anak seumuran SD. Kalau bayi, mungkin anda bisa mencobanya sendiri. Sungainya banyak dipenuhi oleh bebatuan. Anda bisa menyusuri sungainya menuju hulu kalau berani. Tapi saya tidak tahu, untuk mencapai hulunya butuh berapa lama. Airnya pun tak terlalu dalam. Yang uniknya adalah beberapa lokasi dipinggiran sungai, anda bisa menikmati sumber air panas. Airnya tak panas amat hingga bisa membuat kulit anda melepuh. Apabila anda kedinginan selepas mandi di sungai, bisalah anda menghangatkan badan di sumber air panas tersebut. Jangan dibayangkan sumber air panas tersebut bisa menghasilkan air yang bisa digunakan berendam ya. Air panasnya hanya bisa digunakan untuk membasuh badan menggunakan gelas-gelas plastik karena sumber airnya hanya berupa mata air kecil.

Karena saya tidak membawa pakaian ganti, jadi saya hanya duduk-duduk di pinggiran sungai di atas batu besar sambil membaca buku ditemani beberapa cemilan ringan yang saya bawa dari rumah. Eits, karena saya orangnya cinta lingkungan, sampah-sampah saya saya taruh di dalam tas dan dibuang di tempat sampah. Tapi yang namanya manusia, pasti aja ada yang bebal kepalanya. Entah gak pernah diajarin di sekolah atau gimana. Potongan makanan ringan dan botol minumannya dibiarkan berserakan di pinggiran sungai. Belum lagi sisa-sisa bungkusan shampoo dan kantong plastik yang ketinggalan. Please, be clever. Yang bikin jijik malah ada beberapa potongan popok bayi yang dibuang dipinggir sungai. Kalau seperti ini mental para pengunjungnya, kealamiahan sungai ini pasti bakalan pupus.

Sumpah, ternyata masih ada makhluk-makhluk seperti ini yang disisain Hitler di muka bumi ini. Padahal disana sudah ditulis dengan jelas, jaga kebersihan. Tempat sampah juga sudah disediakan. Tapi tetep aja, gak bisa membaca. Entah mereka bisa membaca, tapi gak faham sama apa yang dibaca. Pihak yang berwenang, tolong makhluk-makhluk seperti itu ditangkap dan dibina. Atau gak, dijadikan duta lingkungan hidup (INDONESIA BINGITS).

Keindahan alamnya bisa saya nikmati selama 2 jam. Lumayan, tuk menghilangkan penat. Saya bergegas-gegas pulang karena dekat parkiran ada polusi suara (Orang nyetel musik dangdut keras-keras). Dikiranya saya kesini tuk dangdutan ria, padahal kita kesini cuman ingin mencari suara alam. Kalau dangdut pak, saya gak usah jauh-jauh ninggalin rumah.

Buat yang muslim, jangan khawatir karena disana juga telah difasilitasi dengan sebuah Mushollah, lengkap dengan sejadah, sarung, dan mukena. Buat yang over steril alias jijian, silahkan bawa sendiri perlengkapan solatnya dari rumah ya, karena pastinya anda tidak mau menggunakan yang sudah dipakai banyak orang. Apalagi udah bau apek dan jamuran. Namun buat kalian yang over simple, gak mau rempong bawa ini itu, bisa menggunakan peralatan solat yang ada. Dijamin halalan toyyiban.

Bagi yang kebelet juga jangan khawatir, mau nyemplung di sungai boleh, mau pakai toilet juga boleh. Tapi kalau mau pakai toilet, silah rogoh kocek Rp. 2000,- tuk uang kebersihan. Toiletnya bisa juga digunakan sebagai tempat salin pakaian bagi yang malu-malu salin pakaian di alam bebas. Bagi yang bawa duit pas-pas an mending salin pakaian di pinggir sungai saja. Nanti anda akan merasakan sensasi seperti bidadari kayangan yang lagi mandi di sungai, diintipin banyak pasang mata.

Untuk jam kunjungnya saya kurang tahu mulai jam berapa hingga jam berapa. Yang pastinya, sore jam 4 sepertinya masih buka. Anda bisa mandi sepuas-puasnya sampai menggigil. Untuk namanya sendiri, saya agak bingung sih, ada yang menyebutnya Kea- Kea, tapi di karcis masuknya tertulis TWA Mangolo. Silahkan digunakan buat guide bagi anda yang ingin berkunjung ke tempat ini. Enjoy your journey.
Thank you for reading.

Minggu, 10 Juni 2018

Mozaik Cinta



Semua orang mengenalmu. Kakak tingkat yang sangat aktif di kepengurusan HMPS. Semua orang kau ulurkan tanganmu. Termasuk aku. Ya, ku masih ingat ketika tumpukan kardus yang kubawa sambil tergopoh-gopoh, tanpa ujaran meminta bantuan dariku, kau rebut dari tanganku dengan senyum. Sejak saat itu, ku tahu bahwa kau primadona, bukan karena parasmu saja, namun kepedulianmu kepada sesama menambah candu pesonamu kepada semua orang.

Ya, apalah aku. Aku hanyalah orang biasa, yang tak sarat akan gudang prestasi. Di kelaspun, aku selalu dibayang-banyangi oleh Sila, sang Juara kelas. Dipanggung pun, aku bukanlah pelakon ataupun penari utama. Ah, sudahlah. Aku senang dengan semua ini. Dari sini, aku puas mengagumimu dari kejauhan. Tak jarang kuperhatikan engkau capek dengan aktifitasmu, ingin rasanya ku berlari menawarkan tissu untuk keringatmu yang bercucuran. Memijat bahumu untuk mengurasi rasa letihmu. Namun aku takut, kau menampik niat ku itu. Beberapa kali, kau menangkap pandanganku yang sedang menikmati keindahan wajahmu dari kejauhan. Namun, ku hanya dapat membuang pandangan ku tuk menutupi kelancanganku ini. Sungguh, hati ini rasanya tak karuan. Bahagia rasanya. Tak ada rasa yang sangat bahagia yang pernah kurasakan, menikmati wajahmu dari kejauhan. Anganku melayang, menyeruak ke dalam relung- relung kalbuku yang hampa akan primadona hati. Hanya satu, yang sekarang ini mengisinya. Kau.

Namun kekagumanku dan kebahagianku akan dirimu hancur berkeping-keping ketika hari itu kulihat dirimu, merangkul Sila dengan kedua tanganmu di acara pentas akhir tahun. Rumorpun menyebar, semua orang membicarakan itu. Hati ini tersayat, dada ini sesak, kakiku serasa tak mampu menopang berat tubuhku. Hatiku remuk hancur beekeping-keping, berserakan tak karuan. Tak ada lagi keberanian untuk mengumpulkan kembali mozaik-mozaik cintaku yang berserakan dan menyusunnya kembali menjadi sebuah kisah yang baru. Aku sadar, apalah aku. Aku adalah si pungguk yang merindukan rembulan.

Hari- hariku ku jalani apa adanya. Tak ada gairah, semua ritme kehidupanku serasa datar. Tak ada hentakan gejolak seperti dulu lagi. Ku biarkan perasaanku akanmu hanyut mengikuti riak-riak kehidupan yang aku jalani. Hari-hariku berasa berat dan sesak. Dada ini serasa penuh, ingin memuntahkan kasih sayang yang tak sampai ini. Kepada siapa? Ya, saya hanya bisa menuangkannya ke dalam buku diari, satu-satunya makhluk yang dapat kupercaya. Hari berganti minggu, dan minggu telah berganti bulan. Yang awalnya berat, namun lama kelamaan terasa ringan juga. Kenangan akan dia dapat ku larutkan dalam aktifitas ku sehari-hari. Masa itu, ibarat mimpi indah yang diusik mentari pagi. Kisah yang belum sempat selesai.

Hari itu, kisah yang tak belum selesai itu memberikan isyarat untuk dirampungkan. Kulihat notification up date status WA ku. Status yang saya up date 2 jam lalu itu telah memiliki 12 vievers. Hmmm…. Ku tekan view icon tuk melihat siapa-siapa saja mereka. ‘Aksara PBI A’ ku kucek berkali-kali mataku tak percaya dengan apa yang ku baca. Dia bisa melihat recent up date statusku. Berarti sekarang Nomor WA ku tersimpan di dalam daftar nomor telefonnya. Teringat, nomor telefonnya tak sengaja ku simpan pada saat menjadi panitia pesiapan penyambutan mahasiswa baru pada semester lalu. Ku simpan karena ku diamanahkan untuk menkonfirmasi penyewaan kursi untuk acara penyambutan tersebut. Namun ku tidak jadi menghubunginya karena telah dikonfirmasi duluan oleh bagian acara. Kubertanya-tanya, entah kenapa dia bisa menyimpan nomor WA saya di phonebooknya. Ah, sudahlah.. mungkin karna kebutuhan group mungkin. Daripada saya dibuatnya geer. Lebih baik memikirkan hal-hal yang positif saja. Dan ternyata benar, 10 menit kemudian ku sudah dimasukkan ke dalam group pengurus Bem Jurusan PBI. Ku hanya tersenyum kecut. Gaung tak bersambut batinku.

Dalam dekat ini, kepengurusan BEM Jurusan kami akan mengadakan Academic Camp untuk para Freshmen. Kupun ditunjuk menjadi panitia di Seksi Acara. Acara yang berlangsung selama 3 hari di Kaliurang itu betul-betul menguras tenagaku. 10 orang seksi acara tak cukup untuk mengarahkan 150 peserta ini, mereka betul-betul menghabiskan suara dan tenaga untuk berteriak mengarahkan mereka yang bebal dengan instruksi, baik untuk persiapan penerimaan material, saat makan, istirahat, dan sebagainya.

Setelah membagi para peserta ke dalam kelompok kecil di Aula, kupun bersungut ke ruang panitia untuk mengambil berbagai keperluan media kelompok tersebut. Kepalaku agak pening, ku kembali ke Aula, dan memberikan kepada teman panitia lain untuk mendistribusiakn media tersebut. Kusisir seluruh kelompok, memastikan mereka mendapatkan keperluan yang mereka butuhkan. Kupun sampai di kelompok terakhir. Ku seka keringat yang bercucuran dengan ujung jilbab kain katun yang kukenakan ini. Sungguh, saya salah kostum. Harusnya ku mengenakan jilbab berbahan kaos agar mudah menyerap keringat. Bajupun juga, sangat panas karena terbuat dari katun. Ku tak bisa lukiskan seperti apa penampilanku saat ini. ‘Kucel’ mungkin kata yang tepat kulukiskan keadaanku sekarang ini. Wajah awut-awutan, pakaian sudah mulai berbau keringat dengan pakaian berbahan katun.

Kuperhatikan Aksara yang sedang duduk mengawasi peserta yang sibuk dengan tugas mereka. ‘Capek?’ tanyanya kepadaku. Ku hanya tersenyum sembari duduk di sampingnya mengawasi peserta. Seorang peserta meminta bantuan kepada Aksara, dan diapun memindahkan posisi duduknya dihadapanku. Sehingga posisi duduknya tepat memunggungiku. Entah, tiba-tiba kupun mengatakan kepadanya jangan bergerak sembari menyandarkan kepalaku yang telah terasa berat di punggungnya. Dia tak mengiyakan, dan tidak pula menyatakan keberatan. Dia hanya diam dan tak bergerak. Sungguh damai perasaan ini, ketika pertama kali kita dapat menyandarkan perasaan ini kepada orang yang kita kagumi. Kepala yang awalnya terasa berat, tiba-tiba terasa ringan. Dada ini serasa lapang berongga dipenuhi kupu-kupu yang terbang.

Tiba-tiba punggung itu bergerak, kupun terperanjak kaget. Malu rasanya, entah berapa lama kusandarkan kepala ini disana. Kupun agak salah tingkah. Kupun mencari seribu alas an untuk meninggalkan kelompok itu. Ku hanya berdiri, tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Dan langsung berlari-lari kecil. Aduh, sungguh goblok diri ini pekikku dalam hati. Apa yang Aksa fikirkan ketika melihat tingkahku tadi.

Sejak saat itu, dia semakin akrab denganku. Ku tentunya makin senang, karena orang yang ku kagumi dari kejauhan akhirnya bisa dekat dengaku. Namun bagaimana dengan Sila? Bukankah rumor mengatakan mereka berdua dekat? Ah… masa bodoh. Yang penting ku bisa dekat dengan Aksara. Itulah keegoisanku. Terkadang ku buta akan orang lain ketika ku menyukai sesuatu.
Setelah kegiatan Academic Camp tersebut, kamipun semakin akrab. Berpapasan di jalan pun kini saling sapa. Up Date status WA ku pun juga sering di viewe oleh nya bahkan di komentari olehnya. Kadang kupun tak sabar mengecek status up date ku, dengan harapan Aksa telah melihat. Ketika dia belum melihat status up dateku, ku pun selalu mengecek kapan terakhir dia online di WA. Ah, sungguh fikiranku sekarang sungguh tak menentu. Ku hanya kebanyakan menghabiskan waktu di WA mengecek status online dia. Ketika ku melihat dia online 10 menit yang lalu, namun tak melihat status yang saya Up date satu jam yang lalu, hati ini kecewa. Kupantangin mengecek status online dia, itupun cukup membuatku senang. Ya, sekarang ku memiliki hobby baru. Mantengin status online Aksa. Status online Aksa ternyata sama menariknya dengan buku. Hingga akhirnya, kupun jarang membaca buku. Persahabatan kami bukan cumin hanya di WA, namun juga di Facebook. Dia meng add facebook ku. Dengan cepat ku terima permintaan pertemanan tersebut. Telah lama ku ingin meng add facebooknya, namun ku tak berani. Takut tak di terima. Ku explore seluruh foto-foto lamanya, mulai SMA hingga sekarang untuk membaca seperti apakah dia. Ternyata cinta pun dapat membuat orang mendadak menjadi seolah peneliti dan psikolog.

Setelah berteman di facebook, tiap up date an statusku dia like. Kupun dibuatnya GR. Bukan hanya itu, beberapa foto lamaku juga dia like. Hati ini dibuatnya tak menentu. Pikiran ini dibuatnya berhipotesa yang tidak-tidak. ‘He has the same feeling as I feel’ fikirku. Namun hipotesaku ini belakangan terbantah. Pada suatu ketika, kami duduk beramai- ramai menonton pertandingan basket di gelanggang olah raga. Karena posisi dudukku lebih tinggi dari dia, kuperhatikan dia asyik meng scroll status facebook di beranda. Semuanya dia like atau diberikan nya emoticon love. “An*rit” pekikku dalam hati. Ternyata selama ini, saya yang terlalu ke geeran. Memang seperti itulah cara dia bermain facebook.

Bukan cuman itu saja dia membuat ku geer tak ketulungan. Pernah, pada suatu acara, ketika kami sedang bercanda ria, dia tertawa sambil menyandarkan kepalanya di pundakku. Meskipun hanya beberapa detik, namun itu membuat pikiran ini bingung. Dilain kesempatan, ketika para pengurus akan ber wefiee ria, dirangkulnya bahu ini sambil mengatakan ‘cheers’. Ah… sudah berapa kali hati ini dibuatnya bingung. Dan selalu, fakta yang berkebalikan yang terbukti. Mungkin perasaan ini yang terlalu besar, sehingga menutup akal sehatku. Kutak ingin menenggak pill pahit lagi.
Aku tak tahan lagi seperti ini. Ku tak sadar, ternyata ku telah melangkah sejauh ini. Serpihan cintaku yang dulu telah terberai berkeping keeping, ternyata tak kusadari, ku nekat merangkainya kembali. Dan apa yang ada di depanku adalah rangkaian mozaik yang justru makin tak beraturan. Memusingkan bak sebuah taman labirin. Mungkin aku membutuhkan tempat dan waktu untuk menjernihkan kembali akal sehatku. Mengaktifkan logika, dan dan menerima H0 bahwasanya ‘He has no feeling on me’.

Kutatap dari kejauhan, kapal-kapal barang sedang membongkar muatannya. Para buruh-buruh panggul mengusap keringatnya yang bercucuran tanda pekerjaan mereka sangat berat. Hati ini gundah, tak menentu. Dada ini terasa sesak tak tenang. Ku coba menghirup nafas pelan-pelan menikmati hembusan angin laut yang menerpa wajah ini dengan lembut. Berganti-ganti gulungan ombak menerpa pinggiran dermaga, sambil memberikan percikannya kearah kaki ini. Sungguh indah ku rasa. Kuambil Hand Phone ku untuk mengabadikan gulungan-gulungan ini. Setelah kuabadikan dengan beberapa gambar, kupun membuka applikasi WA untuk mengecek pesan yang masuk. Beberapa pesan masuk, dan kubalas. Tampak recent up date Rena, Sekretaris BEM Fakultas, menampilkan wajah yang familiar buatku. Perasaanku tak enak, namun hati ini tak tenang apabila ku tak melihatnya dengan pasti. Tampak mereka sedang ber wefie ria dengan tangan Aksa yang merangkul pinggul Rena dari belakang dengan wajah senyum sumringah mata tertutup. Dada ini serasa penuh, ingin memuntahkan segala isi dalamnya. Jantung berdegub kencang. Ku hanya bisa menghela nafas, mengontrol aliran nafasku yang semakin serasa berat. Tangan ini bergetar mengetik di kolom komentar. “Senang ya… acara up grading fakultasnya. Apalagi tuh Aksa” Tulisku. Tak lama kemudian pesan barupun masuk. ‘Iya, apalagi Aksa. Nempel terus kek perangko.’ Balas Rena. Ingin ku berteriak membaca balasan Rena. Seperti inikah rasanya angan yang tak sampai.

Serpihan-serpihan yang baru kembali ku rangkai kembali tersiak dihempas harapan hampa. Ya, kenekatanku tuk mengaharapkannya yang begitu tinggi, menghempaskan hati ini lebih keras pula ke bawah. Ku pun berjalan ke hamparan pasir putih dengan langkah lunglai. Teka-teki hati ini terjawab sudah, bak matahari di siang bolong. Aku hanyalah menengadahkan tangan, berharap dapat merengkuh angin yang berhembus. Ia tak berwujud, namun dirasa. Sakit, perih tak terkira. Kutatap ke dalam lautan. Sungguh jernih airnya. Ombak berkejar-kejaran bak pinggiran tirai kain yang ditiup angin. Ada yang mengejar, dan adapula yang mengejar. Kadang kita sibuk mengejar, dan yang dikejar pun sibuk mengejar sesuatu yang lain. Dan dibelakang kita adapula yang sibuk mengejar kita, namun kita hanya fokus ke depan dengan kepala yang tak sempat menoleh, takut kehilangan target di depan.
Kuberusaha memotivasi diriku untuk bangkit dari kubangan ini. Anggaplah Aksa adalah mimpi indahku tadi malam. Mimpi yang telah menghiasi beberapa waktu dalam memori ini. Sekarang telah pagi, waktunya mengisi dengan hal yang nyata.

 To be continued…….